Halaman

Jumat, 18 November 2011

SEBAIK-BAIK HARTA SIMPANAN LAKI-LAKI


SEBAIK-BAIK HARTA SIMPANAN LAKI-LAKI
1. KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Rasulullah SAW berkata kepada Umar r.a. : "Maukah aku beri tahukan kepadamu tentang sebaik-baik harta simpanan ? Ia adalah wanita yang sholeh; apabila suami memandang kepadanya, maka dia merasa senang, jika suami menyuruhnya, dia menaatinya, dan jika suaminya tidak ada, dia memelihara diri dan harta suaminya." (H.R.Abu Dawud) .



Gambaran isteri yang Muslim tetap kukuh di dalam batin dan hati nurani kita. Itulah gambaran ideal bagi perilaku wanita Arab, yang kepemimpinannya terhadap keluarga tampak dalam memikul tanggung jawab. Dia di dalam rumah suaminya sebagai pemimpin dan penanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Sesungguhnya, hubungan dia dengan suaminya adalah berlandaskan saling mencintai, kasih sayang, pengutamaan orang lain, pemberian, pengorbanan, dan pembelaan.

Cukuplah sebagai pengakuan atas keutamaannya, bahwa hati pertama yang mendenyutkan Islam dan diteranginya adalah hati seorang wanita yang luhur budi dan mulia, yaitu Khadijah binti Khuwailid r.a., isteri Rasulullah SAW, setelah itu tidak ada yang melebihinya dalam hal memuliakan dan mengangkat derajat wanita dalam Islam.

Tatkala Rasulullah SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum Quraisy, maka di samping beliau berdirilah Khadijah r.a. Khadijah juga menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira' Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta, dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda : "Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberikan apa-apa."

Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, padahal di hadapan kita ada "wanita terbaik di dunia", yaitu Khadijah bin Khuwailid r.a., Ummu Mu'minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suaminya dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.

Khadijah r.a. mendahului semua orang dalam beriman kepada risalah Rasulullah SAW, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarganya. Maka, Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan, dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana diceritakan Nabi SAW kepada Khadijah di masa hidupnya.

Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata : "Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di surga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan." [HR. Bukhari dalam Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW di mana Imam Adz-Dzahabi berkata :"Keshahihannya telah disepakati."]

Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, wahai orang-orang yang terpedaya oleh dunia ? 

Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu'min dan orang pertama yang beriman kepada Allah SWT di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafasnya yang terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita.

Betapa tidak, karena Khadijah adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepada beliau pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat-ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah. Kemudian beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :"Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekah, kemudian kembali kepadaku." Maka Nabi SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah.

Khadijah berkata : "Gembira dan teguhlah wahai, putra pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau akan menjadi Nabi umat ini."

Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali peneguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya, dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita yang ideal itu.

Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirimkan salam kepadanya. Maka turunlah Jibril menyampaikan salam itu kepada Rasulullah SAW seraya berkata kepadanya :"Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya." Kemudian Rasulullah SAW bersabda : "Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu." Maka Khadijah r.a. menjawab : "Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya ber-asal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan)."

Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para sahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da'wah itu sesudahnya. Dan sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah SWT yang besar kepada Rasulullah SAW.

Khadijah r.a. mendampingi Rasulullah SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolongnya dengan harta dan jiwanya.

Rasulullah SAW bersabda :"Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakanku. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia." [HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 6/118]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar